Police Goes To Campus: Antara Edukasi Tertib Lalu Lintas dan Misi Hijau Polri di Riau

Pekanbaru – Sebuah agenda sosialisasi yang dikemas dengan judul Police Goes To Campus baru saja digelar Ditlantas Polda Riau di Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru (STTP). Di bawah komando Kasubdit Kamsel Ditlantas Polda Riau, AKBP Dasril, S.Pd., M.M., kegiatan ini tidak hanya sekadar ceramah formal, tetapi juga menyusupkan pesan strategis: tertib lalu lintas, wawasan kebangsaan, hingga program Green Policing.

Namun, di balik gebyar acara yang dipenuhi hadiah helm SNI, botol minum, hingga boneka maskot Domang Tari, tersimpan pertanyaan: seberapa efektif kegiatan ini dalam mengubah perilaku mahasiswa, dan apakah misi green policing benar-benar menyentuh akar persoalan lalu lintas dan lingkungan di Riau?

Generasi Muda sebagai Target Edukasi

AKBP Dasril dalam paparannya menegaskan mahasiswa adalah “agen perubahan” yang mampu menularkan disiplin lalu lintas ke masyarakat luas. Pesan ini logis, mengingat data Ditlantas menunjukkan mayoritas pelanggar lalu lintas berasal dari kalangan usia produktif, termasuk mahasiswa.

Namun investigasi lapangan menunjukkan, meski kegiatan serupa rutin digelar, angka kecelakaan lalu lintas di Riau masih berada di tren mengkhawatirkan. Data 2024 mencatat ribuan kasus kecelakaan dengan korban jiwa, yang sebagian besar melibatkan kendaraan roda dua. Dengan kondisi ini, publik wajar mempertanyakan: apakah kegiatan edukasi satu hari cukup untuk mengubah budaya berkendara yang sudah mengakar?



Green Policing: Konsep atau Komitmen?

Salah satu yang menarik adalah pengenalan konsep Green Policing. AKBP Dasril menyebut keselamatan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk bumi. Pesan ini dipertegas dengan simbolis penanaman bibit pohon bersama civitas akademika STTP.

Namun, investigasi tim menemukan tantangan besar: masih maraknya polusi kendaraan bermotor di Pekanbaru, minimnya transportasi umum ramah lingkungan, serta lemahnya pengawasan terhadap kendaraan yang tidak lulus uji emisi. Dalam konteks ini, Green Policing berisiko hanya menjadi jargon seremonial jika tidak diikuti kebijakan konkret yang menyentuh akar masalah.

Wawasan Kebangsaan dan Politik Moral Polri

Selain etika berkendara, mahasiswa juga mendapat materi wawasan kebangsaan. Langkah ini patut diapresiasi, mengingat menguatnya arus ideologi transnasional di kalangan muda. Namun pengamat menilai, Polri perlu berhati-hati agar program kebangsaan tidak hanya berfungsi sebagai formalitas, melainkan benar-benar menumbuhkan rasa kritis mahasiswa terhadap problem bangsa, termasuk tata kelola lalu lintas dan lingkungan.

Momentum Jelang HUT Lalu Lintas

Dirlantas Polda Riau Kombes Pol Taufiq Lukman Nurhidayat, S.I.K., M.H., menegaskan kegiatan ini adalah bagian dari rangkaian peringatan HUT Lalu Lintas ke-70 tahun 2025. Ia berharap mahasiswa menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas sekaligus mendukung gerakan peduli lingkungan.

Namun publik masih menunggu bukti nyata: apakah setelah HUT selesai, kesadaran mahasiswa akan benar-benar berubah? Ataukah kegiatan seperti ini hanya akan menjadi agenda tahunan penuh simbol tanpa dampak nyata di jalan raya?

Catatan Investigatif

Kegiatan Police Goes To Campus memang memberikan pencerahan dan simbol positif. Tapi untuk menjadikannya lebih dari sekadar seremoni, perlu:

Monitoring jangka panjang terhadap perilaku mahasiswa pasca-kegiatan.

Integrasi dengan kebijakan struktural, seperti penegakan hukum yang tegas dan sistem transportasi ramah lingkungan.

Keterlibatan aktif masyarakat sipil dan kampus dalam mengawasi komitmen Polri terhadap Green Policing.

Dengan begitu, apa yang hari ini disebut sebagai kolaborasi Polri dan perguruan tinggi tidak berhenti pada penanaman bibit pohon, tetapi tumbuh menjadi budaya disiplin berlalu lintas dan kepedulian lingkungan yang berkelanjutan di Provinsi Riau.mn/wir